![]() |
Rikza Aufarul Umam |
Kembali pada titik perbedaan pada malam itu. Ya, sudah barang tentu untuk mempersiapkan momen istimewa esok harinya. Karena tidak sekedar mengambil roqm begitu saja. Namun banyak berkas yang harus disiapkan untuk diserahkan. Bahkan, sejak jauh-jauh hari sebelumnya.
Tibalah hari pengambilan Roqmul Julus. Suasana di luar terlihat baru saja syuruq (terbit matahari). Tapi detik jam seakan tak mau nyantai bersama matahari. Pukul 06:55 CLT. Bayang-bayang thobur (antri) selalu mendorong untuk segera berangkat. Karena memang tak cukup satu jam untuk sampai ke kampus.
Akhirnya, setelah beberapa suap nasi sisa semalam sukses mengganjal perut, aku langsung menuju pemberhentian angkot. OTW kampus.
Lagi-lagi thobur semakin membayang-bayangi saat baru saja turun dari Bis. Syu'un Thullab (Kantor Bagian Kemahasiswaan), tempat Roqmul Julus bisa diambil mulai buka pukul 09:00 CLT. Tapi lagi-lagi detik jam melesat begitu saja. Tak mau kompromi.
Pukul 09:30 CLT. Akhirnya tiba di Syu'un Thullab. Aku cukup lega, karena thobur belum seperti yang kubayangkan.Namun, beberapa saat kemudian menjadi nyata. Thobur.
Walau berada di antrian yang tergolong depan, tapi serasa tak kunjung bergerak maju. Ternyata katanya memang belum ada pegawai kantornya. Entah Beliau kemana. Yang jelas, aku tak mau su'udzhon begitu saja.
Setelah sekian lama menanti, akhirnya seorang teman di antrian terdepan telah mendapatkan 'nyawa' imtihan itu. Cukup lega. Karena paling tidak posisiku akan semakin maju dan maju.
Hingga akhirnya jatahku pun tiba. Alhamdulillah, Roqmul Julus sudah di tangan, tanpa banyak basa-basi menggunakan 'amiyah(bahasa arab non-formal, lawannya fusha). Singkat cerita, aku langsung pulang dan fokus pada persiapan imtihan.
Imtihan semakin dekat dan akhirnya malam itu adalah kesempatan terakhir untuk persiapan imtihan esok hari.
Menjelang syuruq, semua perlengkapan sudah siap. Saat cahaya matahari mulai terbit, aku langsung bertolak ke pemberhentian angkot. OTW kampus.
Tiba di kampus, terlihat suasana baru bagiku. Ramai. Luar biasa. Ada kerumunan yang sibuk dengan muqorror (diktat kuliah). Ada pula yang sibuk mencari ruang ujiannya. Walau 'nyawa' sudah di tangan, tetap saja tidak mudah untuk menemukan ruang ujiannya. Karena dari sekian ribu mahasiswa dari berbagai penjuru dunia terbagi menjadi ratusan ruangan. Aku termasuk dalam kerumunan yang bingung dengan ruang ujian.
Melihat kebingungan yang kualami, salah seorang temanku turut prihatin. Setelah dia menanyai Roqmul Julus yang kupegang. Ternyata Roqmul Julus-nya sama persis denganku, yakni 10736. Mengetahui itu, aku menerka "dampaknya pasti fatal jika Roqmul Julus-ku dan temanku tetap sama (hasil ujian nanti)"
Tanpa banyak berpikir, saya langsung mengajak temanku tersebut ke Syu'un Thullab. Lagi-lagi thobur membayang-bayangi. Memang benar ternyata. Setelah tiba giliranku menghadap Pegawai Syu'un, aku pun menjelaskannya. Meski dengan berbekal sedikit kosa kata yang ada, dibantu isyarat gerak-gerik tangan, akhirnya Pegawai itu memahami apa yang kumaksudkan.
Subhanalloh. Takdir Ilahi memang cantik. 10736 memang bukan roqm-ku. Namun, namaku malahan belum tercantum. Kok bisa?!!
Sekian lama menanti, penuh harap cemas. Tiba-tiba terdengar suara lantang dari dalam syu'un "Rikza, enta andonesiy? (Rikza, kamu indonesia?)". Alhamdulillah. Masih ada harapan. Nasibku terselamatkan. "Ayyuwa, ana andonesiy (iya, saya indonesia)". Dengan lantang pula kujawab, menutupi rasa cemasku.
Tak lama kemudian, Petugas datang membawa berkas-berkasku. Alhamdulillah. Pada salah satu berkas itu, kulihat ada Roqmul Julus baru, 10850.
Dengan Roqmul Julus yang baru, maka ruangnya pun tidak lagi sama. Apalagi dengan Roqmul Julus pertama berjarak ratusan.
Singkat cerita, ternyata ruang ujian untuk roqm-roqm akhir memang belum disediakan oleh pihak kampus. Akhirnya sembari menunggu, kumanfaatkan untuk muthola'ah muqorror.
Beberapa menit lagi imtihan akan dimulai. Akhirnya temanku yang bernasib serupa denganku berinisiatif untuk menanyakan langsung keSyu'un Thullab. Setelah mendapat info dari pegawai Syu'un Thullab, aku dan temanku tadi menuju ruangan yang memang baru saja ditetapkan oleh pihak kampus sebagai ruang imtihan. Alhamdulillah. Untuk terakhir kalinya, takdir Ilahi memang cantik.
Aku tahu, kalau tahun tak akan sempurna tanpa hari.
Oleh karena itu, aku menikmati hari-hariku.
Kairo, 8 Januari 2015
oleh : Rikza Aufarul Umam/AD
No comments:
Post a Comment